Welcomw To Blogspot Riezal Cinta Damai

Senin, 07 November 2016

Teknik Hashing

Fungsi Hash merupakan sebuah algoritma yang mengubah text atau message menjadi sederetan karakter acak yang memiliki jumlah karakter yang sama. Hash juga termasuk salah satu bentuk teknik kriptografi dan dikategorikan sebagai kriptografi tanpa key (unkeyed cryptosystem). Selain itu hash memiliki nama lain yang juga dikenal luas yaitu “one-way function”.
Kita sering sekali menjumpai hash di website-website yang menyediakan layanan untuk download file ataupun program secara resmi. Hash memang umumnya digunakan untuk mengecek integritas dari sebuah pesan atau file. File atau pesan yang sudah berubah akan memiliki nilai hash yang berbeda. Sebagai contoh, dengan sebuah algoritma hash, pesan'hello' akan memberikan nilai hash 12345 sedangkan pesan 'hallo' memiliki nilai hash83746. Dengan kata lain output hash dari kata 'hello' tidak akan sama dengan 'hallo'. Bahkan sekalipun dalam kacamata kita kedua pesan tersebut terlihat hanya memiliki perbedaan sedikit saja, namun nilai hash yang dimiliki oleh kedua pesan tersebut sangat jauh berbeda.
Berbeda dengan teknik enkripsi dalam kriptografi, tujuan hash memang mengubah sebuah pesan yang dapat dibaca (readable text) menjadi pesan acak (unreadable text) sama seperti enkripsi, namun hal mendasar yang menjadi perbedaan dari hash adalah pesan yang telah acak tadi tidak dapat diubah kembali menjadi pesan yang seharusnya. Inilah mengapa hash disebut juga sebagai “one-way function“.
Ketika pertama kali belajar konsep hash, enkripsi, dan dekripsi, saya mencoba bersikap kritis dengan mengambil hipotesis bahwa dengan algoritma yang tepat, hash pasti dapat dibalikkan (reverse). Dengan kata lain keyakinan saya terhadap dekripsi sebuah fungsi hash sangat besar. Namun, jreng-jreng… keyakinan saya tidak terbukti setelah Lecture Security Technology saya menjelaskan hal ini dengan baik sekali. Penjelasannya seperti ini:
Misalkan ada pesan ‘Hello’, pesan ini akan kita hash dengan algortima yang sederhana, yaitu pertama-tama huruf-huruf tersebut akan kita ubah kedalam bilangan angka.
  • a menjadi 1
  • b menjadi 2
  • c menjadi 3
  • dst…
Sehingga pesan 'hello' akan menjadi '8.5.12.12.15'. Kemudian kita jumlahkan bilangan-bilangan tersebut sehingga kata 'hello' akan menghasilkan jumlah 52.
h
e
l
l
o
8
+
5
+
12
+
12
+
15
=
52
Kemudian langkah terakhir adalah kita ambil satu digit yang paling belakang sebagai nilai hashnya, yaitu 2. Nah nilai hash 2 ini bukankah bisa dibuat dari banyak kombinasi huruf? jumlah huruf pun juga bisa bervariasi, tidak harus 5 seperti 'hello'. Berikut beberapa text yang memiliki hash 2.
Text
Integer
Sum
Hash
bye
2.25.5
32
2
confidential
3.15.14.6.9.4.5.14.20.9.1.12
112
2
enemy
5.14.5.13.25
62
2
dlsb…
Perlu dicatat disini, bahwa tabulasi diatas adalah ilustrasi bagaimana hash dikatakan sebagai sebuah fungsi yang tidak dapat di dekripsi. Dalam contoh diatas hasil hash sudah sangat acak sehingga kita tidak dapat mengetahui lagi apakah sebuah hash yang ingin kita dekripsi memiliki kandungan huruf e atau z atau m atau lainnya.
Kegunaan
Menurut Kaufman et. al. (2002), Fungsi hash dapat digunakan sebagai:
  1. Menyimpan Password
  2. Sebagai Message Integrity
  3. Sebagai Message Fingerprint
Menyimpan Password
Password didalam sebuah sistem dianjurkan untuk disimpan dengan menggunakan fungsi hash. Dengan demikian administrator sistem tersebut sekalipun tidak akan dapat melihat atau menggunakan password user yang telah menjadi membernya. Hal ini akan memberikan impact yang baik kepada user bahwa baik sistem maupun administrator sangat menghargai privasi dari anggotanya.
Selain itu pula, jika database password pengguna, dengan cara tertentu dapat diakses oleh publik, maka siapapun tetap tidak langsung dapat menggunakan password tersebut. Untuk menggunakan password yang telah publicly accessible terlebih dahulu seorang hacker harus melakukan buteforce terhadap kumpulan password-password teresbut.
Message Integrity
Andaikata Alice ingin mengirimkan pesan kepada Bob. Untuk mencegah ada seseorang ditengah perjalanan yang ingin mengganti pesan tersebut, Alice melakukan hash terhadap pesannya sendiri yang kemudian dikirim bersama dengan pesannya yang asli. Namun, ternyata apa yang Alice lakukan tidak menjamin integritas keamanan pesan miliknya. Seseorang tetap dapat mengubahnya dan menyediakan fungsi hash dari pesan tersebut
Alice bermaksud mengirimkan pesan ‘Hello Bob’ kepada Bob. Alice kemudian mengirimkan pesan tersebut bersama dengan fungsi hash MD5 dari pesannya, yaitu b4c9c3086946666f7ec8014629e105f7. Alice mengirimkan pesan dan hash MD5 nya melalui jasa pengantar barang, TIKI. Ditengah perjalanan, Eve berhasil mencuri pesan Alice untuk Bob dari sang kurir TIKI. Eve membuat pesan baru yang berbunyi ‘Hello Honey’, membuat hash MD5 dari pesannya tersebut, dan mengembalikannya kedalam tas sang Kurir tanpa sepengetahuan sang Kurir.
Kurir yang baik hati tersebut memberikan pesan Alice tadi kepada Bob. Ketika Bob membacanya, Bob merasakan ada yang aneh terhadap pesan tersebut. Bob mengecek hash MD5 dari pesan yang dibacanya, namun pengecekan MD5 pesan yang diterima Bob dengan MD5 yang dikirim bersama paket tersebut cocok. Tapi apakah Bob tahu pesan yang bertuliskan ‘Hello Honey’ tersebut memang berasal dari Alice?
Dalam kasus ini tentu saja Bob tidak memiliki cara untuk mengetahui keabsahan pesan tersebut hanya dari paket yang berisi pesan dan MD5 yang katanya dikirim oleh Alice. Hal ini tidak akan terjadi jika Alice dan Bob menggunakan sejumlah karakter rahasia yang hanya diketahui oleh kedua orang tersebut. Karakter-karakter rahasia ini disebut juga dengan nama keyed hash. Penggunan karakter ini disebut sebagai message integrity, dimana cara pengunaannya adalah sebelum dilakukannya hash, Alice terlebih dahulu menggabungkan pesannya dengan karakter rahasia tersebut.
Jika pesan Alice adalah ‘Hello Bob’ dan karakter rahasia Alice dan Bob adalah 1234, maka hasil hash yang dibuat oleh Alice akan bernilai 508e1ae04417ccb03953aa2a320d1714. Jika Eve berhasil mencuri pesan Alice tersebut dan menggantinya dengan pesan miliknya sendiri, dan karena Eve tidak mengetahui karakter rahasia milik Alice dan Bob, Eve berasumsi bahwa MD5 yang dikirim oleh Alice tidak mengikutsertakan keyed hash sehingga ia hanya melakukan MD5 terhadap pesannya ‘Hello honey’ tersebut. Bob yang kemudian menerima pesan yang kata sang kurir berasal dari Alice mengecek integritas dari pesan yang katanya dari Alice tersebut dengan cara menambahkan keyed hash miliknya kedalam pesan yang diterima tersebut. Setelah dilakukan hash terhadap pesan 'Hello Honey1234' Bob dengan yakin dapat mengatakan bahwa pesan tersebut bukan berasal dari Alice.
Pesan
Keyed Hash
MD5
‘Hello Bob’
b4c9c3086946666f7ec8014629e105f7
‘Hello Honey’
e42afb241fceefa05e3e897fa0686f14
‘Hello Bob’
1234
508e1ae04417ccb03953aa2a320d1714
‘Hello Honey’
1234
7dc14667a10ce5116b50f4d8a7e1ad9c
Message Fingerprint
Penggunaan Hash sebagai sidik jari pesan (message fingerprint) digunakan untuk mengecek apakah file yang kita simpan masih sesuai dengan file asli ketika hash file tersebut dibuat dan belum berubah. Jika terdeteksi adanya file yang tidak memiliki hash yang sama dengan yang telah dibuat sebelumnya, maka dapat dipastikan bahwa file tersebut telah berubah. Contoh: Pada bulan Januari 2008 Alice memiliki file Bob.txt yang berisi profil mengenai Bob. Alice mengkomputasi hash dari file tersebut sehingga diperoleh:
MD5(Bob.txt)   --> f06defdef28e15706f974f6d080b57fe
Dua tahun kemudian Alice membuka kembali file Bob.txt tersebut dan mencurigai ada yang tidak lazim dari isi file tersebut. Alice kemudian membuat hash dari file Bob.txt tersebut dan mendapatkan nilai hashnya.
MD5(Bob.txt)  --> 5f3b147ae863e541701d7011e597e98b
Alice kemudian menyadari bahwa hash file Bob.txt pada Januari 2010 berbeda dengan hash pada bulan Januari 2008. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa seseorang telah mengubah file tersebut antara Bulan Januari 2008 hingga Januari 2010.
Ketidak cocokan message fingerprint tidak selama disebabkan karena ada manusia yang mengubah file ataupun pesan tersebut. Terkadang message fingerprint tidak cocok antara 2 waktu dapat disebabkan oleh transfer file yang gagal, sektor pada hardisk dimana sebuah file disimpan rusak, dan lain sebagainya. Jadi, tidak selamanya manusia dapat disalahkan juga..
Karakteristik
Dobbertin (1996) dalam artikelnya menyebutkan bahwa dalam membuat fungsi hash harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
  1. Relative cepat dalam melakukan komputasi
  2. 2 buah pesan yang berbeda tidak boleh memiliki nilai hash yang sama
  3. Bebas dari serangan Birthday Attack (dari sebanyak 264 atau ~18 446 744 073 709 551 616 pesan kemungkinan besar didapat 2 pesan yang memiliki nilai hash yang sama)
  4. 2 Pesan yang memiliki sangat sedikit perbedaan harus memiliki nilai hash yang sangat berbeda (Kaufman et. al., 2002).
Algortima
Hash umumnya disajikan dalam bentuk bilangan hexadecimal, yaitu kombinasi antara angka 0-9 dengan huruf a hingga f. Beberapa algoritma hash yang terkenal dan masih sering digunakan hingga saat ini yaitu:
  • md5 (Message Digest 5)
  • SHA-1 (Secure Hash Algortihm 1)
  • SHA-2 (Secure Hash Algorithm 2), yang meliputi 4 fungsi hash:
    • SHA-224
    • SHA-256
    • SHA-384
    • SHA-512
Algoritma MD5 dikembangkan oleh seorang Professor MIT yang bernama Ronald L. Rivest. Istilah “MD” yang digunakan merupakan abrieviation dari Message Digest. Perkembangan MD5 telah melalui 5 kali revisi, dimana MD generasi pertama dan kedua di desain untuk membantu algoritma RSA dalam melakukan komputasi signature dari pesan rahasia yang akan dikirim dan dienkripsi oleh RSA. Generasi ke tiga dan empat MD hadir karena adanya persaingan dari algortima hash lain yang bernama SNEFRU, yang memiliki keunggulan kecepatan pada proses komputasinya dibandingkan MD2. Ketika ditemukan adanya celah keamanan dari SNEFRU pada tahun 1992, ditahun yang sama ditemukan pula kelemahan MD4, yang kemudian Profesor Rivest segera menambal kelemahan tersebut dan menggantinya menjadi generasi ke lima Message Digest, yaitu MD5. Dari kelima generasi ini, MD generasi pertama dan ketiga merupakan algoritma yang tidak dipublikasikan. Sementara spesifikasi algoritma MD2, MD4, dan MD5 terdapat dalam RFC1319RFC1320, dan RFC1321.

Secure Hash Algoritm (SHA) dikembangkan oleh National Institute and Standard Technology (NIST) pertama kali pada tahun 1993. Generasi pertama SHA diberi nama SHA-0. Kemudian pada tahun 1995, generasi kedua SHA, SHA-1, muncul dan dipublikasikan oleh NIST dengan kode publikasi FIPS PUB 180-1. Generasi kedua SHA ini muncul dalam waktu 12 jam dari setelah dilaporkannya terdapat kelemahan dalam algoritma SHA-0. Generasi ketiga algortima SHA, SHA-2, dipublikasikan pada tahun 2001 dengan berbagai pilihan jumlah bit yang digunakan, yaitu: 224, 256, 384, dan 512. Baik SHA-1 dan SHA-2 pada dasarnya memiliki algortima yang serupa, hanya berbeda di jumlah karakter outputnya saja. SHA-1, SHA-256, dan SHA-516 memiliki jumlah karakter output masing-masing secara berurutan adalah 40, 32, dan 64.