Sejarah
perkembangan Ilmu management
Manajemen
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky
W. Griffin, mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Secara Etimologi
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya
"mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus
yang berati "tangan". Kata ini
lalu terpengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda"
(yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana
istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa
Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Sejarah
Banyak kesulitan yang terjadi dalam
melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu
manajemen telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanyan piramida di
Mesir.
Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.
Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa
mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang
harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan
mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin
bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di M esir.
Pembangunan piramida ini tak mungkin
terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan
menggerakan para pekerja, dan mengontrol
pembangunannya. Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kotaVenesia ( Italia) yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini.
pembangunannya. Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kotaVenesia ( Italia) yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini.
Sebagai contoh, di gudang senjata
Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap
perhentian, bahan baku dan tali layar
ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Sebelum abad ke-20, terjadi dua
peristiwa penting dalam ilmu manajemen.
Peristiwa pertama terjadi pada tahun1776,
ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis
yang akan diperoleh
organisasi dari pembagian kerja (division of labor),
yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti
sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang masing-masing
melakukan pekerjaan khusus perusahaan
peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi,
jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan
sepuluh peniti sehari.
Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan
produktivitas dengan
(1). Meningkatnya keterampilan dan kecekatan
tiap-tiap pekerja,
(2). Menghemat
waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan
(3). Menciptakan mesin dan penemuan lain yang
dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi
Industri di Inggris. Revolusi
Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan
tenaga manusia, yang berakibat pada
pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju
tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu
membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan
cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu
membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan
cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Di
awal abad ke-20, seorang industriawanP erancis
bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima
fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi,
dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan
sebagai kerangka kerja buku ajar
ilmu
manajemen pada pertengahan tahun1950, dan terus
berlangsung hingga sekarang.
Sumbangan penting lainnya datang
dari ahli sosiologi Jerman Max Weber. Weber
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi
yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan
ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa
bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi
yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan
ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa
bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi
tersebut dengan maksud menjadikannya
sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana
pekerjaan
dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural
bagi banyak organisasi besar sekarang ini.[4]
Perkembangan selanjutnya terjadi
pada tahun1940-an ketika Patrick Blackett melahirlkan ilmu
riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika
dengan teori mikroekonomi. Riset
operasi, sering dikenal dengan
"Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidanglogis tik dan
operasi. Pada tahun
1946, Peter F. Drucker—sering
disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah
satu buku paling awal tentang
manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the
Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari
General Motors) yang
menugaskan penelitian tentangorganis as i.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor.
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa
Inggris disebut
scientific management, pertama kali
dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of
Scientific Management pada tahun1911.
Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan
manajemen ilmiah adalah
"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan."
Beberapa penulis seperti Stephen Robbins
menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun
lahirya teori manajemen modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah
muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan
ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka
menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada
standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya.
Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya.
Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam menyelesaikan
tiap-tiap pekerjaan.
ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka
menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada
standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya.
Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya.
Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam menyelesaikan
tiap-tiap pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu,
Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara
meningkatkan efesiensi produksi.
Pedoman tersebut adalah:
1. Kembangkanlah
suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan
menggantikan metode lama yang
bersifat untung-untungan.
2. Secara
ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja
tersebut.
3. Bekerja
samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah
dikembangkan tadi.
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah
dikembangkan tadi.
4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata
antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih
sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola
pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja
memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan
manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan
untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran
sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan
manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan
untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran
sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istriFrank
dan
Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah
mendengarkan ceramahnya pada
sebuah pertemuan profesional.
Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakanmikronometer yang dapat mencatat
setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan
tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi
dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema
klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari,
menggenggam, memegang) yang mereka sebutTh erb ligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth,
yang dieja terbalik dengan hurufth tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth
menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan
tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi
dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema
klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari,
menggenggam, memegang) yang mereka sebutTh erb ligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth,
yang dieja terbalik dengan hurufth tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth
menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari
pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang
pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga
untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga
gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi
5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan
hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat
lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang
pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga
untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga
gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi
5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan
hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat
lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
[sunting] Teori administrasi
umum
Teori
administrasi umum atau, dalam bahasa Inggris, general theory of administration, adalah teori
umum mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik
manajemen yang baik. Sumbangan penting untuk teori ini datang dari industrialis
Perancis Henri Fayoldengan 14 prinsip manajemen-nya dan sosiolog Jerman Max
Weber
dengan konsepbirokras i—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja,
hierarki yang
didefinisikande dengan jelas,
peraturan dan ketetapan rinci, dan sejumlah hubungan impersonal.
[sunting] Pendekatan
kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah
penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—sepertis tatis
tik,model
optimasi, model informasi,
atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam
mengambil keputusan. Sebagai contoh,
pemrograman linear digunakan para manajer untuk
membantu mengambil kebijakan
pengalokasian sumber daya; analisis jalur krisis
(Critical
Path
Analysis) dapat digunakan untuk membuat
penjadwalan kerja yang lebih efesien; model
kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan
tingkat persediaan optimum; dan
lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari
pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap
masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan
statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor
bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira
yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan
metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan
statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor
bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira
yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan
metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
[sunting] Kajian Hawthorne
Kajian Hawthrone adalah serangkaian
kajian yang dilakukan pada tahun1920-an hingga1930-
an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari
pengaruh berbagai macam tingkat penerangan
lampu terhadap produktivitas kerja.
Kajian dilakukan di Western Electric Company Works
di
Cicero, Illenois.
Uji coba dilaksanakan dengan membagi
karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai berbagai macam intensitas
penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para
peneliti mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka
kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai berbagai macam intensitas
penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para
peneliti mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka
•
Manajemen tingkat menengah (middle management),
mencakup semua manajemen
yang berada di antara manajer lini
pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
•
Manajemen puncak (top management),
dikenal pula dengan istilah
executive officer.
Bertugas
merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan. Contoh
top manajemen
adalah CEO (Chief
Executive Officer),
CIO (Chief
Information Officer),
dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua
organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan
sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah
dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan
sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah
dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
[sunting] Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen,
mengemukakan bahwa ada sepuluh peran
yang dimainkan oleh manajer di
tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran
itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi
Merupakan
peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan
simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai
pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai
juru bicara.
3. Peran
pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan,
pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan,
pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan
bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh
manajer adalah berinteraksi dengan
orang lain.
[sunting] Keterampilan
manajer
Gambar ini menunjukan keterampilan
yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa
setiap manajer membutuhkan
minimal tiga keterampilan dasar.
Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1.Keterampilan konseptual
(conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep,
ide, dan gagasan demi kemajuanorganis as i. Gagasan atau ide serta konsep tersebut
kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan
gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atauplanning. Oleh karena itu,
keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
ide, dan gagasan demi kemajuanorganis as i. Gagasan atau ide serta konsep tersebut
kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan
gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atauplanning. Oleh karena itu,
keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2.Keterampilan berhubungan dengan
orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh
manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan,
baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh
manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan,
baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.Keterampilan teknis (technical
skill)
Keterampilan ini pada umumnya
merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih
rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu
pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin,
membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu
pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin,
membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di
atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua
keterampilan dasar
yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]
1.Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk
pada kemampuan seorang manajer untuk
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus
Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji
$ 2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu
dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—
sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan
sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh
lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan
aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus
Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji
$ 2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu
dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—
sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan
sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh
lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan
aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik
dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi
seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin
mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan
memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus
dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi
seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin
mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan
memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus
mengimplementasikan alternatif yang
telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di
jalur yang benar.
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Etika manajerial
Etika manajerial adalah standar
prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada
tiga kategori klasifikasi menurut
Ricky W. Griffin:[6]
•
Perilaku terhadap karyawan
•
Perilaku terhadap organisasi
•
Perilaku terhadap agen ekonomi
lainnya
bidang manajemen
•
Manajemen pergantian
•
Manajemen komunikasi
•
Manajemen constraint
•
Manajemen biaya
•
Manajemen hubungan
pelanggan
•
Manajemen harga pendapatan
•
Manajemen enterprise
•
Manajemen fasilitas
•
Manajemen integrasi
•
Manajemen pengetahuan
•
Manajemen pemasaran
•
Manajemen mikro
•
Manajemen sakit
•
Manajemen pandangan
•
Manajemen procurement
•
Manajemen program
•
Manajemen projek
•
Manajemen proses
•
Manajemen produksi
•
Manajemen kualitas
•
Manajemen sumber daya
manusia
•
Manajemen resiko
•
Manajemen keahlian
•
Manajemen pengeluaran
•
Manajemen rantai suplai
•
Manajemen sistem
•
Manajemen waktu
•
Manajemen stress
•
Manajemen strategis
•
Manajemen keuangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar