Dalam
penulisan ini penulis ingin menguraikan mengenai perilaku kelompak, dengan
perilaku maka setiap individu di dalam kehidupan memiliki kepentingan dan
tujuan tertentu yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang
lain, dan juga perbedaan status hanya merupakan salah satu dari tindakan yang
alamiah didalam perilaku kelompok.
Perilaku
sesorang di setiap daerah atau suku berbeda budaya dan kebiasan setiap suku
bangsa, dan perilaku orang yang berpendidikan dan orang yang tidak
berpendidikan, serta perilaku orang yang tinggaldi kota berbeda dengan orang
yang tinggal didesa.
Misalnya
perilaku orang Baucau dilihat dari cara perilaku berbicara orang Baucau tidak
secara keseluruhan kasar, tapi hanya sebagian yang bisa dapat diperhitungkan,
yaitu orang Wailili beda perilaku berbicaranya dengan orang Gariwai. Begitunpun
kebiasaan yang dianut oleh masing-masing setiap suku, disini kita akan memperlihatkan adat istiadat atau kebiasan
yang sering kita sebut kultura dari Ermera sistema koremetan yaitu manefoun
yang poton kerbau/disembeli kadan bisa sampai 4-8 kerbau/sapi, beda dengan
kultura yang ada di sekitar Dili yaitu seperti Likisa yaitu sistemnya hampir
sama tapi kurang dari itu satu orang manefoun bisa dapat disemblih 1-2
kerbau/sapi tapi tergantung pada kemampuan setiap orang. Dari system ini
merupakan sebuah kepercayaan yang tidak akan pernah lepas dari setiap suku,
dimana hal tersebut sudah terjadi sebelumnya dan sampai nantipun system
tersebut masih akan dilanjutkan seperti yang kita saksikan dimana saja kita
tinggal/tempati. Dan juga perilaku orang yang berpendidikan dengan orang yang
tidak berpendidikan, kita akan bedakan sorang pimpinan kepala suku yang yang
tidak berpendidikan apakah kemajuan dalam pelaksanaannya namun bila dibandinkan
dengan zaman dulu karena adanya otoritas/kekuasaan yang diturunkan walaupun si
pemimpin tidak berpendidikan ia Cuma bicara proses korespondesi di laksanakan
adalah juru tulisnya, jika dibandingkan zaman sekaran Cuma orang yang
berpendidikan saja walaupun jabatannya hanya sebatas kepala suku.
Dengan sifat dan karakteristik setiap individu
yang berbeda itu , tentunya akan memiliki pontensi yang besar pula, jika diwujudkan
ke dalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok. Perilaku merupakan
sejumlah karakter manusia yang terdiri dari kamampuan, kebutuhan, pikiran,
perasaan(perilaku organisasi,mitha
thoha,fisipol universutas gajah mada)
Perilaku
sesorang tidak sama karena adanya keamapuan yang terbatas, misalkan seorang
sopir kemampuannya hanya menyetir mobil saat dalam perjalan rusak ia tidak bisa
perbaiki, jika di bandinkan dengan sopir lain. Perbedaan kemampuan ini ada yang
mengatakan bawaan sejak lahir, banyak bergaul, ada pula karena kecerdasan dan
ketrampilan yang didapatkan dari pendidikan formal dan informal. Dan juga
banyak orang yang mengatakan bahwa penglaman adalah tergantun pada seseorang
melalui banyak baca buku. Apapun alasannya, yang jelas perbedaan kemampuan pada
seseorang dapat dibedakan perilakunya.(perilaku
organisasi, mitha thoha,fisipol
universutas gajah mada)
Keperluan
dan keinginan seseorang berbeda karena perilaku setiap orang berbeda di mana
seseorang akan tertarik pada suatu pekerjaan dimana tawaran cocok dengan
kebutuhannya namun sifat pekerjaan itu tidak permanen, jika sebaliknya tawaran
gaji yang kecil namun pekerjaan tesebut sifatnya tetap. Perilaku seseorang akan
tergantung pada pemikiran untuk mengambil
suatu keputusan.
Kelompok
adalah terdiri dari satu atau dua orang/individu atau lebih yang berinteraksi
dan saling bergantung dan bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok
merupakan suatu pembentukan untuk menjawab/merespon sesuatu yang diperlukan
diantara sesama untuk saling membantu dan menolong dalam rangka menyelesaikan
pekerjaan yang dianggap rumit, seperti membangun sebuah rumah orang yang ada
disekitar sucu diundang karena kebiasan orang pedesaan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan muda terlaksana. Hampir sama dengan gotong royong tapi
goton royong hanya disaat-saat tertentu kerja bakti dikelurhan dan sucu saja
dan menyankut kepentingan bersama yang dipimping oleh kepala sucu. Namun
kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang saling menguntungkan. Dalam
teori-teori pembentukan kelompok menurut George Homans yaitu teori interaksi
berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment ( perasaan atau emosi )
yang berhubungan secara langsunng ketiganya dapat di jelaskan sebagai berikut:
a.
Semakin banyak
aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan
semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
b.
Semakin banyak
interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan
sentiment yang ditularkan pada orang lain.
c.
Semakin banyak
aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak
sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan.
Dari teorinya G. H diatas
kita dinsingun mengenai pembentukan kelompok disebabkan karena adanya aktivitas
atau kegiatan manusia sehingga terjadinya interaksi antara individu yang satu
dengan yang lain(perilaku organisasi, mitha thoha,fisipol universutas gajah mada.
Alasan-alasan mengapa setiap
individu/orang bergabung dalam kelompok karena:
1.
Faktor keamanan.
Orang yang berada di dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman
karena sendirian. Merasa lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih tahan
terhadap ancaman.
2.
Faktor status
Bergabung ke dalam kelompok yang dipandang paling penting, memberikan
pengakuan dan status bagi para
anggotanya, anggota kelompok yang deterima hanya berstatus single dan kuat akan
syaratnya akan terpenuhi.
3.
Faktor afiliasi
Kelompok bisa memenuhi kebutuhan social anggotanya diantara anggota
kelompok terkena musibah, gempah, banjir, dan kehilangan harta.
4.
Faktor kekuasaan
Mendapadakan kekuasaan dan kekuatan pada waktu berada dalam kelompok yang
sulit didapatkan kekuasaan dan kekuatan jika sendirian.
5.
Faktor harga diri
Seseorang memiliki harga diri karena menjadi bagian kelompok dan
kejelasan status mereka bagi kelompok lain. Seorang pegawai memiliki kewibawaan
memerlukan kehormatan orang lain, dan rasa kasih saying antara sesama.
6.
Faktor pencapaian sasaran
Mencapai sasaran dan menyelesaikan tugas dibutuhkan lebih dari satu
atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuasaan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dengan adanya faktor
yang menyebabkan sehingga terjadinya pembentukan kelompok, maka setiap individu
memiliki keingginan dan rasa percaya diri diantara mereka sehingga disuatu saat
mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan oleh setiap kelompok.
Dengan berbagai
macam alasn mengenai pembentukan kelompok yang ada pada saat ini dengan kepentingan
dan tujuan yang bermacam-macam. Keadaan suatu kelompok sebenarnya bersifat
informal sedankan organisasi bersifat formal. Kelompok sebenarnya alamiah dalam
aktivitas kerja yang muncul sebagai tangapan terhadap kebutuhan akan sesustu
kontak social sedangkan kelompok formal dibentuk sesuai rencana dan memiliki
tujuan yang jelas.
Dalam kehidupan
suatu kelompok sudah tentu tidak terlepas dari adanya perilaku setiap individu
dalam kelompok , jika manusia masuk didalam kepentingan kelompok maka perilaku
mereka akan menjadi perilaku kelompok untuk kebersamaan.
Untuk itu mari
kita memahami baik-baik mengenai perilaku masyarakat timor leste dalam era
globalisasi sekaran terhadap kondisi yang serba ada-ada saja dalam masyarakat
timor leste memiliki makna fungsional dan makna filosofis yang cukup dalam,
baik dalam bentuk perilaku, penampilan, maupun dalam bentuk pandangan.
Masyarakat timor leste bahkan menaggap perubahan bukan Sesutu kekalahan
individu oleh kelompok, melainkan ekspresi aktualisasi diri yang justru membuat
individu menjadi lebih berharga karena telah berarti bagi banyak orang.
Masyarakat
timor leste sejak kemedekaan banyak budaya asing yang beredar masuk, katakanlah
masyarakat yang banyak meniruh budaya-budaya asing tersebut, namun masih sebagian
besar masih bertahankan diri dalam prinsip budayanya sendiri dimana setiap
masyarakat timor leste sejak dulu menganut budaya animism dan sampai sekarang
masih berkembang ditenggah-tenggah masyarakat, dengan mata pencaharian berladan
dan beternak dan mempunyai hukum adat tertentu yang disebut BANDU AI METAN sebagai pegangan seorang
pemimpim dalam setiap suku dalam rangka mengarah dan membina penduduk disetiap
masing-masing tempat. Budaya asing sebagai suatu fenomena baru didalam
masyarakat untuk menjadikan referensi dimana masyarakat meniruh untuk
melengkapi perkembangan hidup di era globalisasi sekarang, berprilaku sesuai
dengan perkembangan jaman. Namun dalam pembahasan ini yang penulis maksud
adalah masyarakat timor leste sesunguhnya sudah terbagi dua yaitu perilaku
masyarakat yang mendiami kota berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat
sebagian besar yang tinggal dikota karena ditutunt oleh kebutuhan sehari-hari
pada umumnya, uang yang mereka perlukan untuk menyekolahkan anak dan biaya-biaya
lain yang sangat diperlukan olehsetiap
masyarakat. Karena menurut masyarakat mencari nafkah dikota lebih gampan
did banding hidup di desa. Walaupun di desa semuanya serba ada Cuma
makanan,tapi sangat cukar mendapatkan uang. Sehingga semua masyarakat menggunsi
ke kota untuk berdagang demi kelansungan hidup mereka. Sedangkan perilaku
masyarakat pedesaan yang mereka dapatakan dari bercocok tanam dan berternak
yaitu memilihara binatan untuk dengan itu mereka bisa menjual hasil panenan dan
peliharan mereka utuk keperluan hidup sehari-hari.
Masyarakat yang
mengunsi ke kota dengan alasan bahwa mencari nafkah dan sampai tidak pulang ke
tempat tinggal mereka, ini semua disebabkan karena pemerintah kurang
memperhatikan masyarakat kecil, dimana pemerintah seharusnya memperbaiki jalan
supaya arus trnsportasi akan berjalan dengan lancar. Supaya mencegah terjadinya
kepatan penduduk di kota .
Bahwa masyarakat
yang berdiam diri dipedesaan merupakan masyarakat peladan yang masih menjunjun
tinggi kelestarian alam diatas segala-galanya katakanlah mereka mencitai alam,
sperti pada hukum adat berbunyi gunung tak boleh dihancur, lembah tak boleh
dirusak, gambaran tersebut menampilkan salah satu kekayaan dan kebiasaan
leluhur timor leste.
Dengan paper ini
penulis menyadari bahwa masih jauh dari yang kesempurnaan, maka penulis
menerima usul saran ataupun kritik dari
barbagai pihak untuk memperbaiki kesalahan dalam tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar